Sejak pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-2 Masehi, agama Buddha telah memberikan banyak pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan. Mulai dari aspek politik, ekonomi, agama, budaya, hingga sosial, semua juga tak lepas dari peran berkembangnya agama Buddha di Tanah Air. Bahkan, ajaran Buddhisme turut meninggalkan banyak sekali warisan budaya sebagai bentuk eksistensi berabad silam dengan ditemukannya candi Buddha di Indonesia.
Pembangunan candi bercorak Buddha di Indonesia tidak lepas dari perpaduan antara simbol peradaban, agama, dan budaya. Menariknya, meski dibangun pada masa yang jauh dari kesan canggih dan modern seperti sekarang ini, candi Buddha di Indonesia memiliki detail seni yang sangat tinggi. Setiap bangunan candi dilengkapi dengan atap berupa stupa, beberapa stupa menyimpan patung arca Buddha di bagian dalamnya. Langsung saja, berikut beberapa candi bercorak Buddha di Indonesia yang bisa kamu kunjungi saat libur panjang memperingati Hari Raya Waisak:
Kamu tentunya tidak boleh melewatkan Candi Borobudur, candi terbesar di Indonesia. Bahkan, candi bercorak Buddha yang dibangun pada sekitar abad ke-9 ini disebut sebagai candi paling besar di seluruh dunia, lho! Oleh UNESCO, Candi Borobudur diakui sebagai bangunan candi dengan monumen dan komplek stupa yang paling megah dan memukau di dunia.
Setidaknya, terdapat sekitar 2.672 relief yang tersusun sejajar dengan panjang yang mencapai 6 kilometer. Susunan reliefnya sendiri terbagi menjadi empat cerita, yaitu Karmawibhangga, Lalitavistara, Awadana atau Jataka, dan Gandavyuha. Para pakar arkeologi menyebutkan, relief ini bisa menampilkan cerita yang runut apabila ditelusuri searah dengan jarum jam dari pintu masuk bagian timur.
Bahkan, ada pula yang mengatakan bahwa satu urutan relief tersebut harus dilalui sebanyak beberapa kali putaran supaya bisa memahami maknanya secara utuh. Tak hanya bercerita tentang cerita perjalanan hidup dan ajaran dari Sang Buddha, relief yang terukir pada Candi Borobudur turut mengisahkan bagaimana perkembangan masyarakat Jawa pada masa itu yang bisa dikatakan sangat maju.
Candi Buddha di Indonesia berikutnya adalah Candi Mendut. Seperti namanya, bangunan candi bercorak Buddha tersebut ditemukan di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Letaknya tidak jauh dari Candi Borobudur, tepatnya sekitar 3 kilometer. Bisa dikatakan, Candi Mendut adalah candi bercorak Buddha lain yang sangat menarik untuk dipelajari.
Candi Mendut dibangun sekitar tahun 824 Masehi saat masa pemerintahan Raja Indra yang berasal dari Dinasti Syailendra. Tinggi bangunannya sekitar 26,4 meter dan hanya terdiri dari satu candi. Berdasarkan isi prasasti Karangtengah yang ditemukan tak jauh dari bangunan candi, dituliskan bahwa Raja Indra telah mendirikan suatu bangunan suci yang diberi nama veluvana yang berarti hutan bambu. Selanjutnya, oleh seorang pakar arkeologi asal Belanda bernama J.G. de Casparis, kata tersebut dikaitkan dengan Candi Mendut.
Ciri khas Candi mendut ada pada hiasannya yang berselang-seling. Hiasan tersebut berupa ukiran makhluk yang berasal dari kahyangan yaitu para bidadara dan bidadari, seekor burung garuda dan dua ekor kera. Tepat di samping bangunan candi, terdapat vihara yang masih sering dipakai untuk kegiatan keagamaan, seperti ibadah, pembelajaran, atau berkumpulnya para biksu maupun biksuni.
Selanjutnya, ada Candi Banyunibo yang berada tak jauh dari kompleks Candi Ratu Boko, tepatnya pada bagian timur Kota Jogja yang mengarah ke Wonosari. Candi bercorak Buddha ini diduga telah ada sejak abad ke-9 ketika masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno. Adanya stupa pada bagian atas bangunan candi semakin menguatkan penjelasan bahwa candi tersebut memang bercorak Buddha.
Candi Banyunibo yang artinya air yang jatuh menetes dalam Bahasa Jawa ditemukan pertama kali pada tahun 1940. Selanjutnya, langsung dilakukan perbaikan dan kini bangunan candi tersebut berada tepat di tengah area persawahan. Meski ukurannya terbilang kecil, candi yang masih kokoh dan cukup lengkap ini mempunyai ukiran relief Kala-makara dan bentuk lainnya yang masih begitu jelas.
Tak hanya itu, terdapat pula relief yang bercerita tentang Dewa Kurawa yang dikenal sebagai Dewa Kekayaan pada bagian dalam candi. Kalau kamu masuk ke dalam, terdapat sebuah ruangan yang ukurannya tidak terlalu luas. Meski begitu, kamu bisa melihat indahnya hamparan hijau sawah yang membentang melalui sebuah bilik yang berada di sisi selatan bangunan candi.
Ada pula Candi Ngawen, candi Buddha di Indonesia yang berlokasi di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan. Letaknya sekitar 5 kilometer dari Candi Mendut. Para pakar arkeologi menduga bahwa candi ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8, tepatnya oleh wangsa Syailendra. Seperti halnya Candi Mendut, eksistensi Candi Ngawen kemungkinan besar juga tertulis pada Prasasti Karangtengah yang dituliskan pada tahun 824 Masehi.
Candi Ngawen terdiri dari 5 bangunan candi dengan ukuran kecil. Dua dari lima bangunan candi ini memiliki bentuk yang berbeda, dengan adanya patung singa di empat sudutnya. Sementara itu, terdapat sebuah patung arca Buddha yang sedang duduk dengan posisi Ratnasambawa pada bangunan candi yang lain. Relief yang terukir pada beberapa sisi bangunan candi juga masih terlihat cukup jelas, seperti ukiran Kinnari, Kinnara, dan Kala-makara.
Candi Buddha di Indonesia yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Candi Sewu yang berada di Kompleks Candi Prambanan yang bercorak Hindu. Meski disebut sebagai Candi Sewu, berdasarkan sebuah prasasti yang berhasil ditemukan, candi ini memiliki nama asli Prasada Vajrasana Manjusrigrha. Pun, bangunan candi tidak berjumlah seribu seperti namanya, tetapi sebanyak 249 buah candi dengan satu candi utama dan candi kecil yang mengelilinginya.
Candi Sewu sendiri disebut sebagai candi bercorak Buddha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur. Candi tersebut dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra, tepatnya sekitar abad ke-8. Pembangunan candi ini diawali oleh Rakai Panangkaran yang berasal dari Kerajaan Mataram Kuno yang dilanjutkan oleh Rakai Pikatan yang berasal dari Dinasti Sanjaya. Bangunan candi memiliki pintu masuk pada seluruh mata angin, dengan pintu utama diduga ada pada bagian timur.
Setiap pintu masuk terdapat Dwarapala, arca besar yang diletakkan saling berhadapan dengan tinggi mencapai 2 meter sebagai penjaga. Meski termasuk candi bercorak Buddha, pembangunan Candi Sewu di Komplek Candi Prambanan yang bercorak Hindu tentu menghadirkan kisah dan keunikan tersendiri. Ini menunjukkan bahwa pada masa tersebut, keharmonisan antarumat beragama telah terjalin.
Itu tadi beberapa candi Buddha di Indonesia yang bisa kamu kunjungi saat liburan. Supaya perjalanan dan liburan semakin nyaman, kamu bisa memesan tiket pesawat terbang dan akomodasi menginap langsung melalui aplikasi Traveloka.
Tersedia banyak pilihan maskapai penerbangan dan hotel dengan harga terjangkau. Tak hanya itu, banyak promo dan penawaran menarik yang bisa kamu dapatkan, lho! Yuk, segera download aplikasi Traveloka!