Apakah kamu pernah merasa stres, lalu akhirnya membeli sesuatu yang sebenarnya tidak kamu butuhkan? Jika iya, perilaku ini lebih dikenal dengan istilah doom spending. Doom spending terjadi saat seseorang melakukan belanja impulsif sebagai pelarian dari stres, kecemasan, atau kondisi tak menentu yang dirasakan.
Ciri khas dari doom spending adalah pembelian yang sering kali tidak direncanakan dan kurang bermanfaat, namun dilakukan demi mendapatkan kebahagiaan sesaat. Sayangnya, kebiasaan ini dapat menjadi bumerang bagi kondisi finansialmu. Generasi muda, traveler dengan anggaran terbatas, dan pembeli impulsif adalah kelompok yang paling rentan. Tidak jarang, eksposur berlebihan pada media sosial yang penuh dengan gaya hidup glamor menjadi pemicu utama.
Stres serta kecemasan kerap membawa seseorang mencari “pelarian”. Salah satu pelarian paling mudah adalah berbelanja. Hal ini terjadi karena proses pembelian dapat memberikan rasa puas atau euforia sesaat, sehingga rasa tidak nyaman berkurang, walau hanya sementara.
Contohnya, setelah melewati hari yang berat di kantor, kamu mungkin tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan, seperti sepatu baru atau camilan mahal. Namun, sensasi bahagia ini sering kali cepat menghilang dan meninggalkan penyesalan.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam menciptakan keinginan untuk mengikuti gaya hidup orang lain. Ketika kamu melihat teman atau influencer memamerkan liburan mewah, gadget terkini, atau barang branded, kamu mungkin merasa tertinggal. Tekanan untuk “ikut bergaya” sering kali menjadi alasan untuk belanja impulsif.
Misalnya, kamu melihat seorang teman sedang berlibur di destinasi eksotis. Tanpa rencana matang, kamu langsung membeli tiket pesawat hanya untuk mencoba meniru pengalaman tersebut, meskipun dompetmu sebenarnya tidak mendukung.
Memberi hadiah untuk diri sendiri sesekali memang baik. Namun, doom spending kerap muncul ketika praktik ini berubah menjadi kebiasaan. Otak manusia terprogram untuk mencari imbalan, terutama saat merasa lelah atau stres. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa tindakan membeli sesuatu dapat memicu pelepasan dopamin, yang memberikan perasaan “senang”. Tapi, senang ini bersifat sementara.
Pola pikir “mumpung ada diskon” sering menjadi alasan seseorang berbelanja tanpa pertimbangan matang. Godaan dari promo spesial atau flash sale dapat menyebabkan kebiasaan membeli barang yang sebenarnya tidak benar-benar dibutuhkan.
Doom spending bisa terjadi dalam berbagai situasi. Kemungkinan besar, kamu pernah melihat atau bahkan mengalaminya. Berikut beberapa contoh spesifik yang menunjukkan bagaimana kebiasaan ini bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Spontanitas memang menyenangkan, tetapi ketika kamu memesan tiket pesawat dan hotel hanya karena sedang ingin “kabur” dari rutinitas, ini bisa jadi bentuk doom spending. Tanpa perencanaan, biaya liburan dadakan cenderung lebih mahal dan berisiko menguras tabungan.
Sering kali, kita merasa harus memiliki gadget terbaru meskipun perangkat yang sekarang sudah cukup baik. Keputusan ini sering kali tidak berdasarkan kebutuhan, melainkan keinginan untuk mengikuti tren atau euforia sesaat.
Impulsif membeli pakaian, sepatu, atau aksesori baru hanya untuk menjaga rasa percaya diri juga merupakan contoh doom spending. Lemari penuh, tetapi tetap merasa “tidak punya pakaian”.
Kebiasaan doom spending dapat menimbulkan berbagai konsekuensi, mulai dari yang ringan hingga serius.
Karena sifatnya impulsif, doom spending sering kali tidak memperhitungkan anggaran. Akibatnya, kamu mungkin menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk menutupi pengeluaran, yang akhirnya berujung pada utang.
Tekanan finansial dapat menyebabkan konflik dengan pasangan, keluarga, atau teman. Saat uang untuk kebutuhan dasar habis karena belanja impulsif, ketegangan sering kali tidak dapat dihindari.
Setiap rupiah yang kamu habiskan untuk pembelian tidak penting adalah peluang yang hilang untuk investasi atau menabung. Dalam jangka panjang, ini dapat menghambat tujuan finansialmu, seperti membeli rumah atau mempersiapkan dana pensiun.
Mengatasi kebiasaan doom spending bukanlah hal yang mustahil. Berikut strategi yang bisa kamu coba untuk mengelola keinginan belanja impulsif.
Luangkan waktu untuk mencatat situasi yang mendorongmu berbelanja tanpa rencana. Apa pemicunya? Apakah itu stres, rasa bosan, atau tekanan sosial? Dengan memahami pemicu ini, kamu bisa lebih waspada terhadap kebiasaan impulsifmu.
Salah satu cara terbaik untuk menghindari doom spending adalah dengan membuat anggaran bulanan. Tetapkan alokasi untuk kebutuhan, tabungan, dan hiburan. Disiplin pada anggaran ini juga sangat penting.
Mindful spending berarti kamu memberi jeda sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu. Pertimbangkan, apakah barang tersebut benar-benar penting atau sekadar keinginan sesaat? Umpamanya, tunggu 24 jam sebelum membeli barang online.
Jika kamu merasa sulit mengendalikan kebiasaan ini, jangan ragu untuk mencari bantuan. Diskusikan dengan pasangan, sahabat, atau bahkan penasihat keuangan untuk menemukan solusi terbaik.
Jika kamu terpaksa membeli sesuatu, gunakan alat pembayaran yang membantu mengelola pengeluaran. Misalnya, gunakan TPayLater untuk mengatur pembelian dengan cicilan, sehingga pengeluaran lebih terkontrol.
Tidak semua stres perlu dikelola dengan berbelanja. Ada banyak cara lain untuk mengisi waktu luang dan memberikan kebahagiaan tanpa harus menguras kantong.
Cobalah aktivitas seperti memasak, berkebun, atau menggambar. Kegiatan seperti ini tidak hanya bermanfaat untuk pikiranmu, tetapi juga bisa menjadi pelarian yang kreatif.
Berikan waktu untuk diri sendiri dengan melakukan yoga, meditasi, atau berjalan-jalan santai tanpa gangguan. Aktivitas ini bisa membantu mengelola stres dengan cara yang lebih produktif.
Terkadang, yang kamu butuhkan untuk merasa lebih baik adalah obrolan hangat dengan teman atau keluarga. Interaksi sosial dapat memberikan dukungan emosional yang jauh lebih berarti dibandingkan beberapa tas belanjaan.
Membeli barang atau merencanakan perjalanan akan lebih bijak jika dilakukan dengan perencanaan yang matang. TPayLater dari Traveloka bisa menjadi solusi untuk membantu mengelola pengeluaran tanpa harus khawatir berlebihan. Kamu bisa menikmati pembelian dengan sistem cicilan untuk tiket pesawat, akomodasi, hingga kebutuhan lainnya.
Jadi, nggak ada lagi alasan untuk berburu promo dadakan tanpa rencana. Dengan TPayLater, liburan atau pembelianmu jadi terstruktur dan terkendali.
Pada akhirnya, doom spending adalah kebiasaan yang bisa diubah, asalkan kamu mau menyadari dan mengambil langkah untuk mengatasinya. Dengan perencanaan yang baik dan dukungan yang tepat, kamu bisa menyelamatkan keuanganmu sekaligus menciptakan gaya hidup yang lebih terarah.
Sudah siap berbelanja dengan tanggung jawab? Yuk, mulai sekarang!